Fikiran,kesukaan,kesan,harapan,curahan,omelan dan selamat datang!

Senin, 30 Januari 2012

Puing

Jika ada pertanyaan apa yang abadi di dunia ini mungkin jawaban yang paling tepat adalah perubahan lah yang abadi.manusia hanya bisa merencanakan keabadian sesaat dan pasti akan bias,cepat atau lambatnya Tuhan-lah yang mengatur.terkadang sesuai dengan rencana terkadang juga berakhir di tengah jalan.


Di siang yang terlalu nekat ini,saya rasa harga diri itu terbawa angin bersamaan dengan kartu-kartu itu,semua luluh lantah.hingga tak ada lagi yang perlu di sesali dan semua akan baik baik saja.
Saya melakukan cacian terhadap orang yang saya sayangi namun hal itu semata-mata hanya karena orang yang lebih dan paling saya sayangi.
Keduanya tetap lah perbuatan yang salah,saya telah berbohong dan saya telah mencaci,maka sudah mutlak saya lah yang bertanggung jawab dan saya lah yang menerima ganjarannya.

Kejadian itu sangat sukses memenuhi impuls-impuls setiap sudut otak saya.belakangan ini istilah itu cukup tenar di perbincangkan yaitu galauisasi yang hanya di akibatkan oleh dua kata "tai kau!" dan "anjing kau!." dan seketika satu hati terobek,pergi dan memperlakukan saya nyaris seperti binatang.fatal!

Saya tak akan membahas upaya apa yang saya lakukan untuk semua perbuatan ini,saya rasa itu sudah lebih dari cukup.semua akan segera memudar perlahan dengan sedikit cubitan-cubitan kecil sesaat sebelum kehadiran sang mimpi karena terlintas sekelumit bayangan yang berbisik "semua tak akan kembali."
Sekarang tinggallah memetik latihan moral dari kejadian ini yang salah satunya your mouth is your tiger.maka berhati-hatilah untuk menggunakannya,terlebih dengan orang-orang terdekat.jika itu terjadi,untuk mengucapkan kata maaf kadang tak semudah mempertanggung jawabkannya.karena ini bukan berbicara tatanan materil namun immateril tepatnya batiniah,akan sangat sulit untuk menempel hati yang tersobek itu.

Terima kasih untuk pelajaran moralnya...

Terima kasih karena membagi sedikit kasih sayangnya...

Terima kasih untuk mantan pacar saya "Ririn Ardhilla"...


Minggu, 29 Januari 2012

Itu Bukan Aku,Aku Bukan Seperti Itu . .

Sekarang sudah pukul 03:46 pagi,kejadian beberapa saat yang lalu seperti tidak mau berhenti mengempur isi kepala saya dan terus berputar tak mau pergi.ini menyangkut banyak hal tentang perasaan yang sangat halus.
Benar saya sangat resah dengan ini,saya butuh seseorang untuk bicara.berbagai cara saya lakukan untuk segera keluar dari kondisi seperti ini,namun itu semua nihil.
Saya akui saya begitu tampak sok teguh dari luar,namun itu salah,saya bukan seperti itu.saya tetaplah seperti tissue kering yang mudah di robek-robek.
mungkin tak banyak yang tau kejadian beberapa saat yang lalu,tapi itu benar-benar kejadian yang paling memalukan.

Ini masalah emosi,amarah yang meluap-luap dan tak dapat saya kendalikan sedikit pun sehingga saya tak dapat lagi berfikir jernih di saat menghadapi orang yang begitu saya jaga hubungan baik dengan dia,yang tak lain adalah seorang wanita yang menjadi kekasih saya.
Kata-kata kotor itu keluar seperti tinja yang menghujam di depan hidungnya,seketika itu pula air mata tertetes tak disengaja.entah itu karena kaleng bir di samping saya atau karena begitu hinanya perkataan saya.
Saya ingat betul tetesan-tetesan nurani itu,mengalir pelan di wajahnya,dan hal itu langsung membalikkan keadaan menjadi seratus delapan puluh derajat.
Seketika itu ia keluar dengan penuh amarah yang tak terkendali,sepertinya amarah yang saya punya itu pergi melayang ke dalam tubuhnya dan tak menyisakan sedikit pun bagi saya.
berulang kali saya menghalaunya untuk berbicara secara baik-baik namun dia tidak sedikitpun merisaukannya.
Saya kalap,saya tidak tahu harus berbuat apa dan dia pun berlalu dengan cepat.
Satu usaha dengan seribu satu pengharapan untuk mengejar mati dia saya lakukan,saya yakin kecil kemungkinan untuk berhasil tapi tak ada lagi yang bisa saya lakukan untuk menebus rasa bersalah saya.

Saat itu sekitar pukul 22:00 dan saya membumi-ratakan semua kendaraan yang berada di jalan raya maupun lampu merah,karena hanya satu yang ada dalam benak saya yaitu bertemu dengan dia.saya memilih untuk menunggu di sekitar kediamannya dan menghubunginya agar keluar rumah untuk menemui saya sejenak.tapi itu tidak di sambut sedikit pun olehnya.

Beberapa saat berlalu saya juga tak mendapatkan balasan dari semuanya.

Malam sudah larut dan tidak baik orang asing menunggu di depan rumah orang lain dan di daerah orang lain juga,mungkin akan ada respon negatif dari masyarakat sekitar dan untuk menghindari itu saya memilih untuk pulang kerumah.
Benar kata orang banyak,dunia seakan runtuh ketika cinta sedang di goyah,dan perasaan itu terus berkelebatan seiring dengan laju sepeda motor saya.

Saya tiba di rumah,saya mencoba menenangkan diri dari semua dengan cara duduk dan menyantap makan malam.di saat itu juga handphone saya berdering menunjukkan ada pesan yang masuk.
setelah dunia seakan runtuh,kali ini dunia seakan berhenti berputar,sepertinya ada seseorang yang menekan tombol pause.dia membuat pernyataan sepihak untuk mengakhiri hubungan ini.
Saya memohon untuk itu,pesan-pesan terkirim semua berisi penyesalan yang tak ada habisnya.saya tak peduli lagi tentang harga diri saya.dengan penyesalan saya mengemis kata maaf itu.
seperti musim kering melanda,segala upaya itu tak pernah menghasilkan buah.

Saya seperti menyusun lembar kartu satu persatu menjadi pondasi seperti piramid tapi karena kecerobohan saya,saya batuk tepat di depannya sehingga pondasi itu runtuh.kartu joker itu tampak tersenyum girang melihat kebodohan saya,saya menyusun kembali kartu-kartu itu sehingga membentuk pondasi yang sudah setengah jalan tadinya namun,ruangan itu sudah berangin dan entah darimana angin itu datangnya,tidak memungkinkan untuk menyusun kembali kartu-kartu itu.tetapi saya akan tetap menunggu hingga angin itu berhenti dan mulai menyusunnya kembali,saya janji untuk itu.

Untuk seseorang yang saya maksud dalam tulisan ini,
"saya rela tampak berlebihan untuk mengungkapkannya di tempat yang memungkinkan untuk dilihat orang banyak tapi yakinlah,saya bukan orang yang seperti kamu kira,saya hanya tidak terkendali sesaat,saya tahu tidak mudah untuk mengendalikan api amarah bagi orang seperti saya dan satu hal yang terpenting,saya masih berharap banyak kepada kamu."


Jumat, 27 Januari 2012

Alasan Kenapa Berfikiran Buruk

Banyak cara untuk bersenang-senang dan seakan tak mau kalah bersedih-sedih juga banyak caranya.gelisah,keringat dingin,galau,uring-uringan bahkan gila adalah rumpun gejala yang begitu akrab.ada orang bercakap masa muda adalah masa yang berapi-api yang maunya menang sendiri walau salah tak peduli.sudah jelas itu pemuda tak bertanggung jawab.daripada sibuk membicarakan pemuda seperti itu  ada baiknya navigasi dituju kepada pemetaan masalahnya.
Bagi mahasiswa baru yang masih bauk kencur,sesuatu yang berkaitan dengan kuliah seperti absensi,kuis,tugas,UTS dan UAS di lakukan secara hati-hati.takut akan kesalahan kecil dapat berpengaruh terhadap IP hingga uang jajan.namun apa yang terjadi bila sesuatu yang di wanti-wanti sejak awal itu terjadi,IP bungkuk dan banyak kritik di terima dari banyak kalangan.ketika itu si pemuda akan berjanji akan mendulang IP cemerlang di semester selanjutnya walaupun terkadang harapan itu di mentahkan oleh dosen yang ilmunya menembus langit ke tujuh dan membal menuju kerak bumi.

Beralih ke masalah selanjutnya,"uang" lagi-lagi "uang".sebagai pemuda yang tidak berasal dari keluarga elit saya mengerti betul bagaimana rasanya menjadi kaum proletar.si pemuda kerap berfoya-foya setelah menerima uang cash dari mamak atau ayah.sehingga sulit untuk mengendalikan diri,dan pada akhirnya setelah semuanya habis tinggallah meringkuk di kamar memikirkan perut yang sejengkal dan tagihan listrik kos-kosan yang menunggak sekian bulan.menyisihkan uang di awal bulan juga tidak berpengaruh besar,karena biaya tak terduga bisa datang kapan saja dan dimana saja,"apa boleh buat pake lah dulu uang sisihan(tabungan) itu nanti di kembalikan lagi bulan depan" pikir si pemuda.tetapi konsekuensinya itu akan pudar setelah melihat ayam penyet yang memanggil-manggil dari warteg sekitar kampus.

Masalah yang ketiga mungkin lebih di tujukan kepada yang punya pasangan atau pria/wanita non-jomblo.bagi si pemuda akan rentan di rundung galau,gelisah,keringat dingin,gila sampai suicide jika punya masalah dengan orang terkasih.terkhusus bagi yang benar-benar sayang bukan yang playboy atau playgirl.tapi sudah sepatutnya pemuda yang baik mendedikasikan semuanya terhadap orang yang ia pilih dan tidak membuat banyak pilihan terhadap yang mana yang akan di apelin malam ini.kekhawatiran akan tingkah laku pasangan di luar pengawasan lah yang menyebabkan semua itu.satu pesan saya terhadap yang berpasangan untuk menjaga erat komunikasi dan yang terpenting kejujuran walupun terkadang itu pahit,jangan mau terprovokasi oleh pemuda yang berapi-api di atas.

Dan yang terakhir adalah si pemuda yang berfikir keras untuk mencerahkan masa depannya.melihat fenomena susahnya mencari kerja di negara ini membuat banyak mahasiswa bersekutu dengan para stakeholder lantaran diiming-imingi dua puluh lima ribu rupiah dan kemudian turun ke jalan untuk berkoar-koar,membuat kerusakan maka seiring dengan itu hilanglah pelita idealis dari mahasiswa seperti itu.



Menjauh dari hal itu setiap pemuda pasti berfikir untuk menyenangkan orang tua ataupun membiayai mereka ke tanah suci untuk beribadah haji,itu pasti faktor utama kenapa dia kadang merenung di kegelapan tentang masa depannya yang begitu abstrak dan dari situlah pesimisme muncul yang menyebabkan uring-uringan berkelanjutan.namun saya yakin semua akan indah pada waktunya.cobalah untuk meminimalisir fikiran buruk tentang masa depan.karena akan selamanya masa depan menjadi teka-teki yang harus di jawab semua umat di dunia.

Pemuda-pemudi yang baik hatinya walaupun terkadang hidup tak semudah dengan apa yang di katakan oleh pak mario,namun berusalah untuk menentukan apa yang terbaik.jangan mudah terseret alur mainstream pergaulan yang hedonis,pragmatis.
Socrates juga berkata "orang yang mengetahui apa yang baik akan berbuat baik" maka jika kawan-kawan pernah membuat kesalahan sadarilah itu karena kawan-kawan tidak tahu,maka belajarlah agar tahu dan memperbaikinya.seseorang tak akan pernah bahagia jika dia tahu apa yang dilakukannya tidak baik menurut hati nuraninya.


Rabu, 11 Januari 2012

Parapat On Cover

Liburan mungkin adalah saat yang paling di tunggu orang-orang.berbagai ide di lakukan agar ritual liburan itu di menyenangkan liburan untuk di rumah sama dengan hidup yang monotone.essay kali ini saya tidak menceritakan penjang lebar tentang apa yang saya lihat dan rasakan,saya hanya mendefenisikan dengan jepretan-jepretan kecil ini yang katanya satu gambar menyimpulkan beribu kata.jelajah Danau Toba.

Outlook I

Outlook II


Outlook III


Outlook IV


Outlook V


Outlook VI


Outlook VII


Outlook VIII


Outlook IX


Outlook X


Outlook XI

Outlook XII

Outlook XIII

Selasa, 10 Januari 2012

Bukan Bendera Putih



"Sebesar apa pun masalah itu tetap saja namanya dilema,dan saya hanya menganggapnya tumpukan sepatu-sepatu bekas dari berbagai merek yang namanya tetap sepatu bekas."



Ketika pepatah mengatakan ada asap ada api.maka akan muncul pertanyaan dimana api itu? Dan seketika anda dilarang untuk mengetahui api itu anda akan berusaha untuk mencari tahu dimana api itu karena asap yang di hasilkan begitu mengganggu anda.Satu manifesto yang cukup dekat dengan tumpukan sepatu yang saya maksud tadi.

Saya bukan manusia yang begitu penyabar menghitung daun berguguran,saya juga bukan motivator yang ulung untuk membangkitkan spirit manusia yang lelah.tapi saya selalu mencoba menjadi itu,saya punya hak atas itu hingga tibalah usaha-usaha itu tertepis oleh satu ego yang seharusnya melekat pada anak-anak yang baru menjalani masa pubertas.
Lennon melantunkan let it be untuk menghipnotis warga bumi untuk mengenyampingkan semua masalah-masalah itu akan tetapi lagu ini kurang begitu berarti untuk saat ini karena jika saya meninggalkannya berarti saya sudah meninggalkan semangat saya yang selama ini saya pelihara dengannya.


Kembali dari sejenak huru-hara saya,pantaskah untuk anda jika menuai  amarah yang tak pernah saya ketahui sumbernya.saya rasa anda tidak akan pernah berfikir untuk bertemu orang yang mengeluh akan sesuatu tetapi tak  menyebutkan apa itu.

Jika watak saya adalah seorang pengecut,saya bangga memilikinya sekarang,karena saya lari untuk tidak memperkeruh suasana.suasana yang sungguh abstrak,kabut dan sulit di mengerti mana pangkalnya.setidaknya saya punya andil untuk membela apa yang saya rasa karena saya tidak suka merasa terancam.
Perut saya berhenti memberontak ketika saya mengucapkan pernyataan yang begitu mitos bagi saya.pernyataan dimana saya harus meniup peluit di tengah babak pertandingan.
     
Ini akhir dari segalanya? Saya tidak akan begitu saja melenyapkan semuanya,saya hanya bersembunyi dari brondongan peluru saya akan kembali untuk menembak.

Bagaimana jika ini memang harus berakhir? Dengan berat hati,perubahan itu sifatnya abadi seperti relationship di facebook yang selalu berganti dan pengisi hati selanjutnya akan menanti.seketika itu pula harapan-harapan itu menjadi bangunan tua tak berpenghuni.



Selasa, 27 Desember 2011

Setiap Saat adalah Absurd


Dia seorang pria paruh baya yang sedang berjalan di pinggir jalan perkotaan dengan gelisah,tatapan kosong,seakan bertanya kemana hendak ku muntahkan semua langkahku di tengah kota yang penuh dengan enigma ini?
kulitnya kering seperti ranting-ranting pohon yang di tinggal daunnya,gigi dan matanya menguning,dengan lobe kumal di atas kepalanya.latar belakang pendidikannya hanya tergantung setengah tiang,memaksanya untuk tidak dapat membaca aksara.gelar satu-satunya adalah menjadi bapak dari dua anaknya.

Di tengah jalan dia terlihat oleh sanak saudaranya yang seketika memanggil “weno,mau kemana?”
dia tak mendengarnya,saudaranya tersebut memanggil ulang “weno geblek,kemana kau?”
bangkitlah kepala weno yang tunduk,mencari darimana asal suara itu.
menoreh ke seberang jalan dia melihat orang yang sudah di kenalnya itu “mau cari uang leh!” sembari menyebrang jalan mendekati si saleh.”cari uang kemana no’?”
“ya kemana lah,yang penting halal.” Dia menjawab.
“ikut bantu kawan aku aja,mau ndag?”
“kerjanya ngapain?” sahutnya.
“uda ayok,ikut aja nanti situ tau?”
“iya iya” jawab weno dengan mata yang berbinar penuh harap.

Sesampainya di tempat tujuan,ternyata ada teman saleh yang berjualan bakso keliling. Terlihat disana gerobak sorong terparkir dengan rapi seperti bus-bus di terminal. Saleh pun menjumpai toke disitu yang tak lain adalah teman yang di janjikannya dengan weno.
saleh ngobrol empat mata dengan toke tadi.
Tak berapa  lama saleh kembali kepada weno.”no’ kerjaannya narik gerobak sambil jualan bakso itu keliling kampung? Kau mau ndag?”
“mau mau mau!” weno kegirangan.
Saleh kemudian memerintahkan weno menjumpai toke tadi untuk mendapatkan training pekerjaan barunya.

Keesokan harinya weno berangkat dari rumahnya jam 9 pagi,dengan dandanan yang sedikit rapi,tali pinggang tampak terlilit di atas jeans,kemeja yang kebesaran itu di gulung lengannya biar tak menghalangi gerak tangannya,hanya saja lobe keramatnya itu enggan di copotnya.
Weno berkeliling kampung yang  berlabirin,berliku,dan ramai tentunya. Weno berjualannya dengan lancar di minggu-minggu pertama hingga tiba saatnya dia mendapati tiga orang pelanggan yang juga di kenal sebagai pengangguran kelas kakap di kampung itu.
Mereka melihat Weno yang kurus tak berdaya itu mempersiapkan bakso yang mereka pesan dengan berbagai rencana bagaimana pemuda tak berdaya ini bertemu dengan kesialan hari ini.
Karena sibuk menyiapkan  bungkusan yang ada di lemari  bawah gerobak,weno tak sadar salah satu dari pemuda itu membubuhi seserbuk ke dalam tong kuah bakso yang mendidih itu. Entah zat apa yang di masukkannya itu,pastinya itu bukan penyedap rasa yang biasa di gunakan.
Seusai melayani ketiga pelanggan itu weno bergegas pergi mencari pelanggan lain yang sudah menunggu kehadirannya yang di tandai dengan bunyi dentingan dari ketukan mangkuk yang berulang ulang.
 Senja datang menjemput,bakso jajakan weno nyaris surut dan dengan kobaran semangat yang meluap-luap merindukan anak istrinya di rumah.
Tepat adzan maghrib,bakso weno sudah mencapai titik nol dan segera pulang dengan sedikit kertas kumal penyambung hidup.

Esok membangunkan tidurnya dengan perlahan,dia terbangun dan berbenah segera menuju terminal gerobak itu.
Seperti biasa  dia berkeliling,sekumpulan warga sudah menunggunya di cakrukan pos kamling di kampung itu,salah satu  dari warga itu memanggil weno dengan nada tinggi.
“Bakso,sini sini sampean!”
Weno menghampirinya dengan sedikit kecurigaan.
Setelah memarkirkan gerobaknya keluar lah semua warga yang berada dalam cakruk tadi dan semua menghempaskan pukulan maupun tendangan  ke tubuh weno,berlagak seperti hakim di mahkamah agung atau  anak muda  di dalam film Ong Bak.sebahagian lagi menjungkir-balikkan gerobak bakso weno.
Weno tak sadarkan diri,dalam benaknya tersirat,ya Allah,apa salahku dengan orang-orang ini,kenapa mereka memperlakukanku seperti babi hutan yang masuk ke sawah mereka.
Kepala lingkungan di situ akhirnya datang dengan secuil kebijaksanaannya,”bawa dia ke puskesmas terdekat di kampung tetangga!” perintahnya kepada salah seorang warga.

Di balik itu semua seorang anak kecil dan beberapa orang dewasa teracuni sesaat setelah melahap habis bakso Weno.
Peristiwa ini sangat berhubungan dengan seserbuk yang dimasukkan salah satu dari pemuda pengangguran kelas kakap yang membeli baksonya semalam.
Weno yang berada di puskesmas berdandan luka memar di sekujur tubuhnya,lobe keramatnya tampak terselip di kantong bajunya.emak dan istrinya mungkin adalah orang-orang yang peduli terhadapnya dan jika dengan kerabat atau family lainnya weno dianggap sebagai manusia dengan separuh otak di kepalanya.
Kemiskinan dan kebodohannya membuatnya di pandang sebelah mata bahkan ada yang menyamarkan keberadaanya.
Setelah siuman weno langsung di di bawa pulang ke rumah,kebutaanya terhadap hukum membuatnya pasrah menerima hadiah dari warga itu.tak seorang pun dari  LBH memusatkan perhatian kepadanya,karena sebahagian dari mereka hanya menilik kasus yang tersorot oleh media saja agar citra kemanusiaan mereka nampak bersinar namun bias.

Sesampainya di rumah dia juga tak mengerti kenapa mereka berbuat sedemikian keji terhadapnya dan bertanya kepada emaknya,”mak kenapa orang-orang itu mukuli aku?”
Sang emak pun menjelaskan kronologisnya,weno tampak kebingungan dan tak tau atau menaruh curiga terhadap pemuda pengangguran itu.
Toke baksonya memecat dia tanpa alasan dan juga tanpa santunan untuk  pengobatannya.

Hari-hari setelah kejadian itu di habiskannya untuk duduk di rumah menemani anaknya yang masih balita,menatapnya penuh harapan agar nasib anaknya itu tidak sama dengan dirinya.
Istrinya bekerja menjadi PRT untuk mengambil alih tugasnya sebagai pencari nafkah.

Suatu hari istrinya membawa anaknya bekerja dan emaknya pergi ke sebuah pengajian. Weno sendiri menjaga rumah yang terbuat dari rajutan bambu,beratapkan pelepah dari dahan pohon kelapa. Di halaman depan rumahnya tampak anak-anak bermain dan memanjat pohon jambu yang merindangi rumahnya dari sengatan matahari.
“Eh bocah,jangan manjat-manjat,nanti jatoh!” teriaknya.
Si bocah tak menghiraukannya.weno pun menghampiri bocah itu.menuntunnya agar turun dari pohon.dan berbincang dengannya.
Entah mengapa weno mengajak bocah itu masuk ke dalam gubuk deritanya.sampai orang tua anak itu yang mencarinya.
Orang tua itu menanyakan kepada teman-teman yang bermain dengan anaknya tadi.
Temannya menunjuk rumah weno.dengan sigap orang tua itu masuk ke dalam rumah weno tanpa mengetuk pintu.di lihatnya anaknya sedang terbaring di samping weno.
Beribu pertanyaan terbesit dalam kepala orang tua itu.dia membangunkan keduanya dan tanpa banyak berkata-kata langsung menggeret weno ke balai desa yang tak jauh dari rumahnya.
Weno di tuduh berbuat cabul terhadap anak di bawah umur.Weno mengerang membantah tuduhan yang menyudutkannya itu,tetapi karena kurang cakapnya menjelaskan dia pun di serahkan kepada pihak yang berwajib.dia langsung di jebloskan ke dalam jeruji besi tanpa mengetahui prosedur penangkapan yang sebenarnya.

Di dalam sel,dia lagi-lagi mendapat perlakuan yang tidak manusiawi dari penghuni rutan yang seperti belantara hutan itu.
Pukulan-pukulan sudah seperti sapaan yang wajar baginya,sulut api rokok sudah menjadi penghangat tubuhnya,lantai tak beralas menjadi springbed terempuknya.
Daging yang membalut tulangnya menyusut dan kulit yang membalutinya sudah tampak mengerut.
Alam sadarnya seperti sudah berhenti bekerja dan meratap menunggu Yang Kuasa memanggilnya dengan segera.
Hari kamis tepat satu minggu dia menjalani masa penahanan,emaknya datang menjenguk membawakan beberapa keperluan dia selama disana.
Dia seperti menemukan oasis di tengah gurun pasir,berlari menjumpai wanita yang melahirkannya menuju ruang besuk.
Setelah bertatap muka,mereka berpelukan dengan sungai air mata yang mengalir seperti hendak menyampaikan doa yang tak terucap kepada lautan.
“mamak apa kabar? Mak aku ga berbuat seperti itu?”
Emaknya diam sejenak menatap mata sayu weno yang berkaca-kaca.
“tawakal anakku,mereka semua di butakan nafsu”sahut emak.
Emak juga mengeluarkan keperluan-keperluan yang seadanya tapi bagi weno rokok yang di bawa emaknya adalah barang yang sangat di tunggunya.
Weno bertanya “mak,anak ku mana? Istriku juga kok ga ikut mak?”
“istrimu minggat membawa anakmu,dia kecewa terhadapmu,dia termasuk ke dalam kubu yang menenggelamkan mu hidup-hidup.”
Weno memalingkan wajah dan tertunduk lesu.
“mak aku rindu sama anakku,sekali lagi mamak datang bawalah dia mak.” Di temani sunggingan senyum dari bibirnya.
“iya no’,nanti mamak bujuk istrimu biar luluh hatinya.” 
“janji ya mak,aku rindu kali mak,rindu kali!” jawabnya lugu.
Beberapa saat pertemuan berakhir dia kembali ke orang-orang yang menjarah habis keperluan yang di bekali oleh emaknya tadi.

Di lain tempat emak yang sedang berusaha membujuk istrinya agar memberikan izin membawa anaknya kepada weno di tanggapi dingin oleh si istri.
“kenapa kau tak membiarkan anakmu pergi bersamaku?” keluh emak.
“dia bukan ayah yang baik untuk anakku,dia tak seharusnya menjadi ayah” jawab si istri.
“sedemikian hinakah kau menganggap suamimu,apa karena dia tak sanggup menafkahimu dan anakmu atau karena perbuatan yang belum tentu dia lakukan?”
“dia itu benalu hidup yang bercokol di dalam rumah tangga ini”
Emak spontan menangis mendengar anaknya di hina di depan orang yang seharusnya mendukung anaknya.
“tak ada yang lebih durhaka dari kau istri munafik!”
Emak langsung bergagas dari gubuk itu dengan kekecewaan yang mendalam.

Sementara weno yang tegar menjalani masa penahanannya tanpa ada seorang pun yang menangguhkannya menunggu kehadiran anaknya.
Beberapa hari kemudian emak datang dan menjelaskan kenapa dia tak berhasil membawa cucunya ke hadapan ayahnya.
Naluri binatang weno muncul dan marah kenapa istrinya tega berbuat seperti itu.
Si emak tak bisa berbuat apa-apa hanya kata sabar dan berdoa lah yang keluar dari mulut emak.

Setelah beberapa waktu menjalani masa tahanan weno bebas dan kembali menghirup udara di luar rimba buas itu.
Dia tak menginginkan apapun kecuali pertemuan dengan kedua anaknya.
Weno mendapati anaknya di rumah mertua,dia memelas dengan sepenuh hati agar mertuanya memberikannya izin bertemu anak-anaknya yang pada akhirnya usahanya itu membuahkan hasil.
Sementara istrinya menjadi TKI di negri tetangga.Anaknya sudah menjejaki sekolah dasar.dia seperti menuai buah yang dia tidak memupuknya.haru biru menyelimutinya,rasa terima kasih yang tidak tau di lontarkan kepada siapa.

Sejenak weno bercermin ke dalam dirinya,”siapa sebenarnya aku,kenapa aku harus terbuang,kenapa aku harus menanggung apa yang tidak aku perbuat,apa aku bukan lah manusia layaknya manusia,kenapa kau berikan aku hidup Tuhan?”
Pertanyaan ini berulang-ulang terngiang di batinnya sehingga berulang kali juga ia menarik cairan yang keluar dari hidungnya.

Weno kembali kepada orang tuanya,membantu emak menjajakan sarapan.
Pagi  itu dia sedang berada di dapur bersama emak yang mempersiapkan sarapan.ia  membantu memotong daun pisang dari pelepahnya yang di gunakan untuk membungkus lontong sayur buatan emaknya.ia meletakkan pisau yang di gunakannya itu di lantai sembari mengerjakan hal lain.
Saat ia berjalan ada sebuah kaleng yang tercecer di lantai yang membuatnya terpeleset dan tergeletak di lantai juga.
Tetapi dengan darah yang menggenangi dia tak sadar bagian tubuh belakangnya telah tertusuk pisau yang ia gunakan tadi.dingin menggerayangi tubuhnya.tak sanggup berkata-kata apalagi berteriak.
Emak yang datang begitu terkejut melihat Weno tergeletak tidak berdaya,segera emak meminta pertolongan ke tetangga.Weno di larikan ke rumah sakit terdekat dan di tangani oleh dokter yang masih menjalani masa magang di RS itu dan dokter-dokter seperti ini adalah dokter yang biasa menangani rakyat miskin bila berada di rumah sakit.
Jam menunjukkan pukul lima pagi,Weno sudah banyak kehabisan darah,sementara dokter yang dapat dikatakan kurang berpengalaman ini tidak dapat menjadi pahlawan bagi Weno.
Di samping emak Weno berkata “mak jangan pernah ngeluh sama Tuhan ya mak kenapa melahirkan  anak seperti aku ya mak,bersyukurlah mak,karena keburukan ku bukan sepenuhnya kehendakku.”
Emak yang menjerit histeris memeluk erat kepala weno yang tidak dapat berdiri tegak lagi.
sejenak weno menuju suatu tempat entah apa namanya.

Weno merupakan sebuah propaganda fenomena tragis yang ada pada masyarakat terpinggirkan dan masih banyak peristiwa yang begitu absurd terjadi.tak semua manusia peduli,tak semua manusia dermawan,dan tak semua manusia baik adanya juga tak perlu ada yang di persalahkan karena kesalahan-kesalahan itu takkan menemukan titik temu yang hakiki,seperti kebenaran yang juga masih mencari kehakikian,kelak kematian lah yang menjawab semua.

Selasa, 20 Desember 2011

Karena


Seperti yang kita tahu bahwa rasa itu muncul karena seringnya terjadi interaksi antar lawan jenis dan perlahan benih-benih itu tumbuh subur hingga menggelapkan mata mereka.

Akan tetapi tidak untuk saya,kali ini saya bertolak belakang  dengan opini itu.tunas pesona yang ada saat ini muncul secara tak di sangka maupun di undang.menelusup dari tatapan liar mata,dia seperti menemukan suatu benda bergerak yang aneh dan mengganjal yang selalu menarik-nariknya,memperhatikan segala ekspresi, gestur,lukisan senyumnya.
mata ini seperti mengirimkan isyarat ke jaringan otak hingga otak berfikir bagaimana mendekati hingga mengenali sosok strange tersebut.

Upaya terselubung pun di lakukan dan sedikit basa-basi saya dapatkan orang yang dapat mengantarkan saya ke dia.tetapi saya sebenarnya menyimpan malu dengan proses seperti ini. tak tampak seperti gentleman yang berdiri gagah di depan si target dan sedikit berkoceh untuk meruntuhkan benteng pertahanan targetnya.saya masih menggunakan cara kuno yang pernah saya gunakan tepat pada saat saya berseragam putih-biru.konyol,tapi itu efektif buat orang seperti saya.saya yang kurang begitu hangat dengan orang-orang baru.

Singkat cerita saya bertemu dengannya.penuh pengharapan bahwa itu adalah awal yang baik. Berayal-ayal pertemuan selanjutnya kami lakukan dan itu membangkitkan anestasi yang berkelanjutan. Seperti hujan di tengah kemarau panjang dan seperti nyanyian di tengah perang.

Benar kata ERK jika jatuh cinta itu biasa saja,tapi para pelakunya aja yang sibuk ga menentu.saya menemukan diri saya sedang tak seperti biasa.dia seperti membawa bara dan menumpahkannya di kaki saya.jadi bukan salah saya jika saya tampak berlebihan.

Dan begitu benar jika saya sedang dalam posisi absurd seperti anaximander dengan apeiron-nya yang tak tau darimana asalnya juga dimana pula ujungnya sehingga saya tak dapat melanjutkan tulisan ini dengan merekayasa setiap detailnya.karena ini hanya introduksi dan masih banyak tanggal-tanggal yang akan di saya jalani bersamanya.selamat untuk peletakan batu pertama kita.

We make it,2011 2011 get up,stand up!!